Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah sebuah penyakit yang melibatkan banyak sistem tubuh, dengan manifestasi klinis yang beragam. Penilaian aktivitas penyakit adalah hal yang penting dalam memanajemen SLE. Regimen pengobatan yang diberikan pada pasien SLE disesuaikan dengan aktivitas penyakit pasien. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mengukur aktivitas penyakit SLE harus tepat dan efektif, namun di saat yang bersamaan tetap  terjangkau bagi pasien.

Hingga saat ini, reaktan fase akut yaitu laju endap darah (LED) sering digunakan sebagai indikator terjadinya inflamasi akut pada SLE. Selain itu, Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index 2000 (SLEDAI-2K) merupakan sistem skoring yang sering digunakan untuk menilai aktivitas penyakit SLE. Penelitian terbaru telah melaporkan bahwa jumlah dan rasio parameter hematologi seperti neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR) dan platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) dapat digunakan untuk menilai aktivitas SLE. Parameter hematologi merupakan indikator inflamasi yang praktis, terjangkau, dan mudah ditemukan di banyak fasilitas kesehatan sehingga digunakan secara luas pada praktik sehari-hari. Namun, beberapa studi yang meneliti tentang hubungan antara biomarker tersebut dan aktivitas penyakit pada pasien SLE menunjukkan hasil yang kontroversial. Systemic Immune-Inflammation Index (SII) yang dihitung berdasarkan jumlah neutrofil, trombosit, dan limfosit merupakan indeks yang beberapa waktu belakangan ini digunakan sebagai penanda proses inflamasi dan sebagai alat bantu prognostik pada beragam penyakit, salah satunya SLE. Nilai SII dihitung dengan cara mengalikan jumlah neutrofil dan trombosit, kemudian membaginya dengan nilai limfosit.

Pada bidang reumatologi, SII telah diteliti sebagai indikator aktivitas penyakit, meskipun jumlahnya masih terbatas. Dalam beberapa studi, nilai SII secara signifikan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas penyakit pada kondisi tertentu, seperti artritis reumatoid, spondilitis ankilosa, artritis psoriatik, dan penyakit Behcet. Hal serupa juga ditemukan pada SLE. Penelitian Ozdemir et al menunjukkan peningkatan nilai SII pada pasien SLE dibandingkan dengan kelompok control. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa SII berkorelasi positif dengan CRP. Namun, penelitian Ozdemir et al tidak menemukan korelasi signifikan antara SII dan skor SLEDAI-2K. Studi tersebut menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas SII dalam menilai aktivitas penyakit SLE secara berturut-turut sebesar 36,2% dan 94,2%.

Lain dengan temuan Ozdemir et al, Akdogan et al dalam penelitiannya yang lebih baru menunjukkan hal sebaliknya, dimana terdapat korelasi positif antara SII dan skor SLEDAI-2K. Studi Akdogen et al melakukan analisis kurva ROC dan menemukan nilai cut-off SII sebesar 681.3 dengan sensitivitas 77% dan spesifisitas 76% untuk menilai aktivitas penyakit SLE.

Ergun et al meneliti potensi SII sebagai biomarker untuk menilai aktivitas penyakit SLE dan memprediksi kemungkinan terjadinya proteinuria pada SLE. Berdasarkan analisis ROC pada penelitian tersebut, untuk mendiagnosis aktivitas penyakit SLE, SII memiliki nilai cut-off sebesar 621,6 dengan sensitivitas sebesar 56,8% dan spesifisitas sebesar 79,8%. SII juga memiliki spesifisitas yang cukup baik dalam memprediksi risiko terjadinya proteinuria pada pasien SLE dengan nilai cut-off sebesar 1.348,4 dengan sensitivitas sebesar 30,8% dan spesifisitas sebesar 89,7%. Korelasi positif SII dengan proteinuria pada SLE dalam konteks ini terutama disebabkan oleh terjadinya limfopenia pada pasien SLE. Pada SLE, limfopenia akan terjadi semakin berat dengan adanya proteinuria, sementara jumlah neutrofil dan trombosit tidak berubah.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, SII merupakan biomarker yang menjanjikan untuk menilai aktivitas penyakit pada SLE, bahkan mungkin dapat berguna menilai risiko proteinuria pada pasien SLE, yang menunjukkan terjadinya keterlibatan ginjal. Apabila dibandingkan parameter hematologi lainnya, seperti jumlah hitung jenis, NLR, atau PLR, SII mengintegrasikan tiga jenis sel, yaitu neutrofil, platelet, dan limfosit, ke dalam satu parameter saja. Dengan sifat tersebut, SII bersifat lebih menguntungkan, karena parameter hematologi lain dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu seperti infeksi, anemia, dan trombositopenia, yang seringkali ditemukan pada pasien SLE. Trombosit diketahui berperan dalam proses imun seperti koagulasi, fibrinolisis, regenerasi jaringan, angiogenesis, dan produksi sitokin inflamasi. Dengan memasukkan jumlah trombosit dalam perhitungan SII, indikator ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang terjadinya inflamasi akut maupun kronis.

SLE adalah penyakit autoimun dengan keterlibatan sistemik, sehingga diagnosis yang tepat waktu harus diperhatikan untuk memulai pengobatan sesegera mungkin. Selain itu, penentuan aktivitas penyakit sangat penting untuk menyesuaikan intensitas regimen pengobatan, mengingat morbiditas dan mortalitas SLE yang signifikan, terutama pada kasus SLE dengan keterlibatan ginjal. Oleh karena itu, indikator yang dapat memprediksi diagnosis, aktivitas penyakit, serta prognosis penyakit sangat diperlukan.

Hingga saat ini, terdapat beberapa biomarker inflamasi pada SLE, seperti LED, anti-dsDNA, dan kadar komplemen. Namun, penanda inflamasi sederhana bersifat nonspesifik dan pengukuran biomarker proinflamasi lainnya biasanya mahal dan tidak tersebar merata di setiap daerah, khususnya pada fasilitas kesehatan dengan sumber daya yang terbatas. SII dapat dipertimbangkan sebagai biomarker baru yang memiliki manfaat klinis sebagai indikator inflamasi pada penyakit autoimun, termasuk SLE. Meskipun demikian, penentuan aktivitas penyakit SLE tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan satu indikator/parameter saja. Aktivitas penyakit SLE harus dinilai secara teliti dengan modalitas yang tersedia, untuk menjamin terapi yang diberikan tepat indikasi dan tepat dosis.

Referensi

1.        Ozdemir A, Baran E, Kutu M, Celik S, Yılmaz M. Could systemic immune inflammation index be a new parameter for diagnosis and disease activity assessment in systemic lupus erythematosus? Int Urol Nephrol. 2023 Jan 1;55(1):211–6.

2.        Akdogan MR, Melikoglu MA. A potential biomarker of disease activity in systemic lupus erythematosus, systemic immune-inflammation index. North Clin Istanb. 2024;11(2):115–9.

3.        Ergun MC, Aktas E, Sahin AT, İyisoy MS, Alsancak Y, Tunc R. Systemic Immune-Inflammation Index as a Potential Biomarker for Assessing Disease Activity and Predicting Proteinuria Development in Systemic Lupus Erythematosus. Cureus. 2024 Jun 28;16(6):e63401.

1–3

Tinggalkan komentar

Trending