Latar Belakang:  Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah gangguan autoimun yang ditandai dengan berbagai manifestasi klinis, termasuk prevalensi nyeri kepala yang signifikan. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam hubungan antara SLE dan nyeri kepala dengan menganalisis prevalensi, jenis, dan faktor-faktor klinis, imunologis, serta radiologis yang terkait.

Metode: Analisis komparatif dilakukan pada 179 pasien SLE, yang dibagi menjadi dua kelompok: yang mengalami nyeri kepala dan yang tidak. Pengumpulan data mencakup detail demografis, tingkat aktivitas penyakit, penilaian neurologis, profil imunologis, dan hasil pencitraan otak. Nyerikepala didiagnosis dan diklasifikasikan mengikuti International Classification of Headache Disorders (ICHD-3). Aktivitas penyakit diukur menggunakan Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index (SLEDAI). Analisis statistik dilakukan untuk mengidentifikasi asosiasi dan korelasi yang signifikan.

Hasil: Nyeri kepala ditemukan pada 55% pasien SLE, yang sebagian besar berupa nyeri kepala tipe tegang (tension type headache) (65%) dan migrain (27%). Tidak ditemukannya penyintas yang memenuhi kriteria untuk nyeri kepala spesifik lupus. Kelompok yang mengalami nyeri kepala menunjukkan aktivitas penyakit yang lebih tinggi secara signifikan (skor SLEDAI). Nyeri kepala tipe tegang dan migrain terkait dengan adanya manifestasi mukokutan. Kehadiran antibodi antiphospholipid (aPL) terkait secara signifikan dengan migrain dan sakit kepala cluster. Meskipun gangguan neurologis seperti stroke iskemik dan trombosis sinus vena lebih banyak ditemukan pada kelompok yang nyeri kepala, temuan ini tidak signifikan secara statistik. Abnormalitas MRI otak terdeteksi pada 9,4% pasien dengan nyeri kepala, termasuk trombosis sinus vena (2,3%), stroke iskemik (5,8%), dan hipersensitivitas white matter (1,1%).

Kesimpulan: Penelitian ini menekankan hubungan kompleks antara SLE dan nyeri kepala, yang menunjukkan bahwa nyeri kepala dapat menjadi sebuah indikasi adanya peningkatan aktivitas penyakit SLE. Faktor imunologis, khususnya antibodi aPL, menunjukkan asosiasi kuat dengan jenis nyeri kepala tertentu. Abnormalitas MRI menekankan bahwa terdapat aspek neurobiologis yang rumit pada penyintas SLE yang mengalami nyeri kepala. Penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk memahami biomarker, faktor genetik, dan strategi pengobatan yang efektif dalam mengelola nyeri kepala pada pasien SLE.

Tinggalkan komentar

Trending