Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun yang kompleks dan dapat mempengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh. Salah satu gejala yang sering dilaporkan oleh pasien lupus adalah “brain fog” atau kabut otak, yang mengacu pada gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Artikel ini bertujuan untuk meninjau literatur ilmiah mengenai brain fog pada lupus, termasuk patofisiologi, dampak klinis, dan strategi manajemen.
Patofisiologi Brain Fog pada Lupus
Brain fog pada lupus belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa mekanisme telah diusulkan:
- Peradangan Sistemik: Lupus ditandai oleh peradangan sistemik yang dapat mempengaruhi otak. Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α dan IL-6 dapat berperan dalam gangguan kognitif. (1)
- Disfungsi Endotel: Disfungsi endotel vaskular dapat mengganggu aliran darah ke otak, yang berpotensi menyebabkan gangguan kognitif (2)
- Autoantibodi: Autoantibodi seperti anti-NMDA receptor dapat menembus sawar darah-otak dan menyebabkan kerusakan neuron(3)
Dampak Klinis
Brain fog dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari pasien lupus, termasuk:
- Memori: Kesulitan mengingat informasi baru atau mengingat informasi yang sudah diketahui.
- Konsentrasi: Kesulitan fokus pada tugas atau percakapan.
- Pemrosesan Informasi: Memerlukan waktu lebih lama untuk memproses informasi atau menyelesaikan tugas.
Strategi Manajemen
Manajemen brain fog pada lupus melibatkan pendekatan multidisiplin:
- Pengobatan Farmakologis: Penggunaan obat anti-inflamasi dan imunosupresan dapat membantu mengurangi peradangan dan gejala kognitif.(4)
- Terapi Kognitif: Terapi kognitif dan rehabilitasi dapat membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi gangguan kognitif.(5)
- Pendekatan Gaya Hidup: Olahraga teratur, diet seimbang, dan tidur yang cukup dapat berkontribusi pada peningkatan fungsi kognitif.(6)
Kesimpulan
Brain fog adalah gejala umum namun sering diabaikan pada pasien lupus. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme yang mendasari dan pengembangan strategi manajemen yang efektif sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi patofisiologi dan mengidentifikasi intervensi yang paling efektif.
Referensi
- Hanly JG, Urowitz MB, Sanchez-Guerrero J, Bae SC, Gordon C, Wallace DJ, et al. Neuropsychiatric events at the time of diagnosis of systemic lupus erythematosus: an international inception cohort study. Arthritis Rheum. 2007 Jan;56(1):265–73.
- Appenzeller S. Vascular involvement in systemic lupus erythematosus: A review. J Autoimmun. 2019;1–9.
- DeGiorgio LA,. Anti-NMDA receptor antibodies in the serum of patients with systemic lupus erythematosus.Anti-NMDA receptor antibodies in the serum of patients with systemic lupus erythematosus. Ann N Y Acad Sci. 2001;193–201.
- Bertsias GK, Ioannidis JPA, Aringer M, Bollen E, Bombardieri S, Bruce IN, et al. EULAR recommendations for the management of systemic lupus erythematosus with neuropsychiatric manifestations: report of a task force of the EULAR standing committee for clinical affairs. Ann Rheum Dis. 2010 Dec;69(12):2074–82.
- Kozora E, Hanly JG, Lapteva L, Filley CM. Cognitive dysfunction in systemic lupus erythematosus: Past, present, and future. Arthritis Rheum. 2008 Nov 30;58(11):3286–98.
- Mikdashi J. The prevalence and nature of cognitive dysfunction in systemic lupus erythematosus. Arthritis & Rheumatology. 2015;291–302.






Tinggalkan komentar