Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit inflamasi kronis yang dimediasi oleh sistem imun dan menyerang jaringan ikat sehingga menyebabkan kerusakan organ serta dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan utama pengobatan lupus adalah untuk mencapai remisi atau aktivitas penyakit yang rendah karena dapat meningkatkan prognosis secara signifikan. Namun, sifat SLE yang dapat kambuh-remisi menjadi tantangan utama dengan sekitar 70% pasien mengalaminya. Oleh karena itu, pencegahan flare atau episode kekambuhan gejala lupus setelah remisi menjadi hal yang krusial. Beberapa faktor risiko diduga dapat memperkirakan terjadinya flare pada pasien lupus secara komprehensif.

Tujuan

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor prediksi flare pada pasien SLE yang sedang dalam pemantauan rutin pasca remisi, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan klinis.

Metode

Studi ini melibatkan sekelompok pasien SLE dari Peking Union Medical College Hospital (PUMCH) dan terdaftar dalam registri kohort Chinese SLE treatment and research (CSTAR) yang telah mengalami setidaknya satu kali remisi sebelum tanggal 31 Desember 2020 serta menjalani pemantauan rutin dalam jangka waktu tertentu. Parameter demografi, data klinis, dan laboratorium, serta terapi yang diterima pasien dikumpulkan melalui registri CSTAR secara daring. Faktor-faktro risiko yang berpotensi memengaruhi flare dianalisis dengan menggunakan model regresi Cox proportional hazard untuk menentukan prediktor utama terjadinya flare.

Hasil

Sebanyak 359 pasien yang dianalisis, di antaranya terdapat 108 (30,1%) pasien mengalami setidaknya satu kali flare. Model regresi Cox multivariat menunjukkan bahwa usia yang lebih muda (hazard ratio [HR], 0,97; 95% CI, 0,95–0,99), anti-dsDNA positif pada remisi (HR, 1,64; 95% CI, 1,08–2,51), dan kadar serum C3 & C4 yang rendah secara signifikan (HR, 2,09; 95% CI, 1,17–3,73) merupakan faktor risiko independen yang terkait dengan flare. Nomogram dibuat berdasarkan analisis multivariat. Menurut pendekatan resampling bootstrap internal, nomogram memiliki tingkat daya diskriminatif tertentu dengan indeks-C sebesar 0,654 (95% CI, 0,601–0,707). Selain itu, plot kalibrasi juga menunjukkan konsistensi yang baik antara prediksi dan observasi.

Kesimpulan

Studi ini menyimpulkan bahwa pasien SLE dengan kadar serum C3 dan C4 yang rendah, usia yang lebih muda, dan kadar anti-dsDNA yang tinggi memerlukan pemantauan dan tindak lanjut yang lebih ketat setelah mencapai remisi. Identifikasi faktor-faktor prediksi ini memungkinkan dokter untuk menilai risiko flare pada pasien SLE dengan lebih baik dan menyesuaikan strategi terapi yang tepat untuk manajemen jangka panjang yang lebih efektif dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

BACA SELENGKAPNYA

Tinggalkan komentar

Trending