Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan peradangan sistemik yang memengaruhi sistem imun manusia dan bermanifestasi dengan spektrum gejala yang bervariasi. Patofisiologi penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi hal ini berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan imunologis. Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi signifikan dalam patogenesis SLE adalah defisiensi vitamin D. Vitamin D tidak hanya berperan dalam metabolisme kalsium dan kesehatan tulang, tetapi juga memiliki efek imunomodulator yang dapat memengaruhi respons imun pasien SLE. Beberapa penelitian yang dilakukan di seluruh dunia secara konsisten menemukan prevalensi defisiensi vitamin D yang lebih tinggi di antara individu dengan lupus dibandingkan dengan yang sehat.

Tujuan

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi lebih lanjut efek suplementasi vitamin D terhadap kelelahan dan aktivitas penyakit pada pasien SLE.

Metode

Studi ini melibatkan 60 pasien yang didiagnosis dengan SLE berdasarkan kriteria European Alliance of Associations for Rheumatology (EULAR)/American College of Rheumatology (ACR) 2019, kemudian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan dosis suplementasi vitamin D yang diberikan, yaitu kelompok tanpa suplementasi (kontrol), kelompok yang menerima 4000 IU per hari, dan kelompok yang menerima 8000 IU per hari. Suplementasi diberikan selama enam bulan, dan pasien dipantau secara berkala untuk menilai perubahan kadar vitamin D dalam darah, kadar komplemen serum (C3 dan C4), serta parameter klinis lainnya. Skor kelelahan diukur menggunakan Functional Assessment of Chronic Illness Therapy (FACIT)-Fatigue dan Fatigue Severity Scale (FSS), sedangkan aktivitas penyakit dievaluasi menggunakan Safety of Estrogens in Lupus Erythematosus National Assessment-Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index (SELENA-SLEDAI).

Hasil

Setelah enam bulan suplementasi, kadar vitamin D dalam darah meningkat secara signifikan pada kelompok yang menerima suplementasi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, kadar komplemen serum (C3 dan C4) juga meningkat pada kelompok yang menerima 4000 IU dan 8000 IU vitamin D, hal ini dapat menunjukkan adanya potensi perbaikan dalam sistem imun. Dari segi kelelahan, pasien yang menerima suplementasi vitamin D menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam skor FACIT-Fatigue dan FSS, yang menunjukkan bahwa mereka merasa lebih bertenaga dibandingkan dengan sebelum suplementasi. Meskipun terdapat sedikit penurunan skor SELENA-SLEDAI yang mencerminkan sedikit perbaikan dalam aktivitas penyakit, hasil ini belum dapat dikatakan signifikan secara statistik.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat memberikan manfaat bagi pasien SLE terutama dalam mengurangi kelelahan dan meningkatkan kadar komplemen serum (C3 dan C4) yang berkontribusi pada perbaikan sistem imun. Meskipun terdapat tren penurunan aktivitas penyakit, dampaknya terhadap indeks penyakit belum cukup signifikan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dengan durasi yang lebih panjang dan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan untuk memahami dampak suplementasi vitamin D secara lebih menyeluruh terhadap perjalanan penyakit SLE.

BACA SELENGKAPNYA

Tinggalkan komentar

Trending