Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun kompleks yang dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk kulit, ginjal, dan sistem saraf pusat. Namun, tahukah Anda bahwa masalah pada saluran pencernaan (gastrointestinal) juga umum terjadi pada penderita SLE?
Menurut penelitian, keterlibatan gastrointestinal ditemukan pada 8-10% pasien SLE. Meskipun sebagian besar manifestasi ini cenderung ringan, beberapa di antaranya bisa menjadi parah dan bahkan mengancam jiwa jika tidak didiagnosis dan diobati dengan cepat.
Mari kita kenali beberapa masalah pencernaan yang serius dan berpotensi mengancam jiwa pada pasien SLE:
1. Pankreatitis (Radang Pankreas)
Pankreatitis adalah peradangan pada pankreas, organ yang berperan penting dalam pencernaan dan pengaturan gula darah. Pada pasien SLE, pankreatitis dapat terjadi pada 0,8% pasien yang diskrining untuk pankreatitis dan 8% pasien dengan nyeri perut.
- Gejala Umum: Nyeri perut akut, mual, dan muntah adalah gejala yang paling sering dilaporkan. Demam dan berkurangnya suara usus juga bisa terjadi.
- Penyebab: Sering kali dikaitkan dengan aktivitas SLE yang tinggi, menunjukkan kemungkinan adanya vaskulitis (peradangan pembuluh darah) sebagai penyebabnya.
- Pengobatan: Kortikosteroid sering menjadi lini pertama, kadang dikombinasikan dengan imunosupresan lain.
2. Protein-Losing Enteropathy/PLE
PLE adalah kondisi di mana protein bocor dari saluran pencernaan, menyebabkan kadar protein dalam darah menjadi rendah.
- Gejala Umum: Edema (pembengkakan) di kaki atau seluruh tubuh, asites (penumpukan cairan di perut), dan diare.
- Diagnosis: Seringkali diagnosis dilakukan pada stadium lanjut. Tes seperti skintigrafi albumin Technetium (Tc-99m) atau peningkatan kadar alfa-1 antitrypsin dalam tinja dapat membantu diagnosis.
- Pengobatan: Kortikosteroid adalah pengobatan utama, sering dikombinasikan dengan imunosupresan lain. Diet trigliserida rantai menengah (MCT) juga bisa bermanfaat.
3. Cholecystitis (Radang Kandung Empedu)
Kondisi ini adalah peradangan kandung empedu yang tidak disebabkan oleh batu empedu. Ini adalah manifestasi yang jarang terjadi pada SLE.
- Gejala Umum: Nyeri di perut kanan atas dan muntah.
- Diagnosis: Melalui ultrasonografi atau CT scan perut, serta pemeriksaan histopatologi.
- Pengobatan: Kortikosteroid, kadang-kadang dengan imunosupresan. Dalam beberapa kasus, kolesistektomi (pengangkatan kandung empedu) mungkin diperlukan.
4. Vaskulitis Gastrointestinal (Peradangan Pembuluh Darah di Saluran Cerna)
Vaskulitis dapat memengaruhi usus besar dan/atau usus kecil. Ini bisa menjadi sangat serius dan menyebabkan iskemia (kurangnya aliran darah), perforasi (lubang), dan infark (kematian jaringan).
- Gejala Umum: Nyeri perut, mual, muntah, dan distensi (kembung) perut. Demam dan berkurangnya suara usus juga dapat terjadi.
- Diagnosis: Studi pencitraan seperti CT scan sering menunjukkan penebalan dinding usus. Biopsi juga dapat dilakukan.
- Pengobatan: Kortikosteroid (oral atau intravena) adalah pengobatan lini pertama. Imunosupresan lain juga dapat digunakan.
5. Diare
Meskipun diare seringkali ringan, pada pasien SLE, diare dapat menjadi bagian dari manifestasi gastrointestinal yang lebih luas dan terkadang parah.
- Gejala Umum: Nyeri perut, muntah, asites, mual, demam, dan kolitis (radang usus besar).
- Diagnosis: CT scan perut dapat menunjukkan penebalan dinding gastrointestinal.
- Pengobatan: Kortikosteroid, siklofosfamid, dan imunosupresan lainnya.
6. Asites (Penumpukan Cairan di Rongga Perut)
Asites adalah akumulasi cairan abnormal di rongga peritoneum. Kondisi ini bisa akut atau kronis pada SLE.
- Gejala Umum: Distensi perut, ketidaknyamanan perut, dan nyeri perut.
- Penyebab: Pada pasien SLE, asites lebih sering merupakan komplikasi dari sindrom nefrotik daripada peritonitis lupus (radang selaput perut akibat lupus).
- Pengobatan: Kortikosteroid adalah pengobatan utama, dan imunosupresan lain juga dapat diberikan.
Pentingnya Diagnosis Dini dan Penanganan yang Tepat
Meskipun manifestasi gastrointestinal yang parah pada SLE jarang terjadi, mereka memiliki potensi untuk menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian. Oleh karena itu, kesadaran tinggi akan gejala-gejala ini sangat penting untuk membedakannya dari infeksi atau penyebab sekunder lainnya.
Pengobatan lini pertama umumnya adalah kortikosteroid, baik secara oral maupun intravena. Imunosupresan lain seperti siklofosfamid, azathioprine, mikofenolat mofetil, dan rituximab juga telah digunakan. Namun, hingga saat ini, belum ada uji coba terkontrol secara acak untuk menentukan obat imunosupresan yang paling tepat.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami SLE dan merasakan gejala-gejala pencernaan yang tidak biasa atau memburuk, segera konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Referensi
- Frittoli, M. M., et al. (2021). Gastrointestinal involvement in systemic lupus erythematosus: A systematic review. Journal of Translational Autoimmunity, 4, 100106.
- Shou, Y., et al. (2024). Systematic review of treatments for the gastrointestinal manifestations of systemic lupus erythematosus. Seminars in Arthritis and Rheumatism, 69, 152567.





Tinggalkan komentar