Hydroxychloroquine (HCQ), atau dalam Bahasa Indonesia hidroksiklorokuin, adalah obat golongan antimalaria yang awalnya digunakan untuk pengobatan infeksi malaria. Selain kegunaan awalnya sebagai pengobatan malaria, pada perkembangannya ternyata HCQ terbukti efektif dan banyak digunakan pada penyakit autoimun, khususnya lupus. HCQ adalah obat yang murah dan mudah ditemukan, serta dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Di Amerika Serikat, US Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan HCQ sebagai pengobatan lupus pada tahun 1956, khususnya dengan gejala seperti radang kulit, rambut rontok, sariawan, kelelahan, dan nyeri sendi. Sejak saat itu, HCQ digunakan di seluruh dunia sebagai pengobatan utama untuk lupus.
Manfaat HCQ untuk pasien lupus
- Memperbaiki keluhan nyeri sendi
- Mencegah semakin parahnya penyakit
- Mencegah flare
- Membantu mengurangi kebutuhan kortikosteroid
- Meningkatkan metabolisme lipid (menurunkan kolesterol total dan trigliserida, meningkatkan HDL)
- Pada ibu hamil dengan lupus, HCQ dapat memberikan proteksi terhadap risiko preeklampsia, mencegah terhambatnya pertumbuhan janin di dalam kandungan, dan mencegah kelahiran prematur
Dosis HCQ
Berdasarkan Rekomendasi yang diterbitkan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia tahun 2019, dosis HCQ sebagai terapi awal untuk semua derajat lupus adalah < 6,5 mg/kgBB/hari. Dosis HCQ sebagai terapi pemeliharaan pada semua derajat lupus adalah 200 mg/hari.
Dokter akan meminta beberapa pemeriksaan sebelum atau saat awal meresepkan HCQ pada pasien lupus. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan mata, pemeriksaan darah lengkap, SGOT, SGPT, albumin, dan kreatinin serum. Pemeriksaan mata perlu dilakukan untuk melakukan skrining adanya gangguan penglihatan, khususnya gangguan pada retina dan lapangan pandang. Pada pasien yang mengalami gangguan retina dan lapangan pandang, HCQ tidak boleh diberikan.
Sebagai pemantauan untuk mengevaluasi terapi lupus menggunakan HCQ, dokter akan meminta pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, dan fungsi hati setiap 3 bulan sekali. Pemeriksaan mata setelah 5 tahun penggunaan HCQ juga direkomendasikan.
Efek Samping HCQ
Efek samping jangka pendek
- Kardiovaskular: pemanjangan QT interval pada EKG
- Kulit: gatal, ruam, urtikaria, Stecens-Johnson syndrome
- Gastrointestinal: mual, muntah, diare, kembung
- Darah: sitopenia (neutropenia)
- Metabolik: hipoglikemia
- Neuropsikiatri: disorientasi, halusinasi
- Neuromuskular: peningkatan kadar creatine kinase (CK)
- Telinga: tinnitus (berdenging)
Efek samping jangka panjang
- Kardiovaskular: kardiomiopati, gangguan katup jantung
- Kulit: hiperpigmentasi
- Darah: toksisitas pada sumsum tulang, sitopenia
- Neuropsikiatri: agitasi, delirium, disorientasi, mengantuk, pseudo-parkinsonisme
- Neuromuskular: myositis, kelemahan otot
- Mata: retinopati (dosis > 5 mg/kgBB/hari, dalam waktu 5-20 tahun)
Hidroksiklorokuin adalah obat yang terbukti bermanfaat untuk pengobatan lupus, apapun derajat penyakitnya, bahkan pada ibu hamil dan menyusui. Apabila diperlukan, penggunaan HCQ dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid atau obat imunosupresan lain sesuai indikasi. Beragam penelitian telah membuktikan bahwa HCQ aman dan efektif. Efek samping HCQ dapat dicegah dengan menggunakan obat sesuai dosis dan indikasinya, serta melakukan pemantauan rutin ke Reumatolog untuk mengevaluasi pengobatan yang diberikan.
Referensi:
- Dima A, Jurcut C, Chasset F, Felten R, Arnaud L. Hydroxychloroquine in systemic lupus erythematosus: overview of current knowledge. Ther Adv Musculoskelet Dis. 2022;14:1759720X211073001.
- Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia: Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. 2019.






Tinggalkan Balasan ke Tips and Tricks Mengatasi Nyeri Sendi Pada Lupus – Kompendium Lupus Indonesia Batalkan balasan